Beberapa waktu yang lalu saya masih saja berkutat dengan skripsi. dan Alhamdulillah dengan semangat dan etos yang tinggi dalam waktu 1 bulan saya mampu menyelesaikan semuanya, walaupun ibu dosen tercinta masih belum memberikan tanda tangan khasnya untuk menelurkan bukti acc atas skripsi saya, tapi saya cukup senang dengan pencapaian ini karena keyakinan saya yang sudah saya tanam, ternyata berbuah juga tak seperti tunas2 lainnya yang cuma layu terinjak kenistaan pengharapan semu saya tanpa adanya eksekusi.
Namun bukan berarti tugas saya selesai sampai disini, barang tentu selain belum ikut ujian pendadaran, ada beberapa hal yang ternyata pernah saya sepelekan. Baiknya saya ceritakan saja selengkapnya...
Bulan April, tepatnya minggu akhir di bulan April saya dapat kehormatan untuk menjadi "bapak"nya anak2 perlengkapan di kepanitian Jogja Marching Day (JMD) 2012. Kerjaan yang sangat berat mengingat ini tidak hanya mengurusi satu unit yang memang selalu saya kerjakan di unit saya, melainkan 6 unit seluruh Jogjakarta plus tamu2 dari luar Jogjakarta. Disini saya kembali bertemu teman2 lama, mulai dari angkatan JMD 2009 yang rata2 ternyata sudah jadi pemateri (kecuali saya tentunya) hahaha... Bertemu dengan adik2 dari unit sendiri sudah pasti karena dari semua unit memang mereka yang paling imut2 (maklum rata2 masih SMP dan SMA, malah si Erwin masih kelas 3 SD) dan tentunya juga bertemu dengan salah satu unit yang saya perkuat semasa periode 2010. Kenangan manis dua tahun yang lalu pun kembali terulang, saat dimana saya yang aslinya bukan anggota tetap dari unit tersebut ikut mengkangkat piala juara 2 event terakbar marching band nasional Indonesia yang bertajuk Grand Prix Marching Band ke XXVI.

Diakhir bulan Mei, ada tawaran yang memang begitu menggiurkan minat saya. Dari dulu saya sudah pernah berucap dengan lantang. "Saya ingin berangkat ke Malaysia, dengan siapapun saya berangkat dan dengan cara apapun, saya akan tetap berangkat...!!!". Dan itu terjawab di bulan Mei, tawaran untuk kembali memperkuat tim yang juga sudah menjadi keluarga kedua saya dan tempat bercengkrama dengan sahabat yang sudah seperti saudara, kembali menghampiri saya.
Hampir saya berucap, "Iya... Ini adalah impian saya, impian yang tak datang dua kali, saya harus mengambil kesempatan saya untuk mewujudkan impian saya...". Namun ternyata langkah saya terhenti...
"Tunggu dulu, ini event, berlangsung di bulan Juni, berarti satu tahun dari sekarang, dan itu berarti setengah tahun setelah saya (rencananya) wisuda. Terus, apa yang saya lakukan selama penantian itu? Apa saya harus menjadi pengangguran? Atau harus tetap meminta minta kepada orang tua untuk tetap menghidupi saya, memblikan makan saya, membelikan pulsa saya, membelikan sabun saya???" Akhirnya hanya pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang muncul...
Lama setelah saya berfikir, akhirnya palu pun dengan berat hati harus saya ketok. Keputusan harus final sekarang juga, daripada saling menunggu jawaban.
Dengan berat hati, saya harus melupakan impian saya untuk berangkat bertanding ke Malaysia. Meskipun berat dan menyayat hati, ini semua harus saya lakukan demi masa depan, masa depan yang harus saya ukir seindah mungkin demi keberlangsungan hidup saya dan istri serta anak saya kelak... Saya harus survive disini, walaupun merasakan pedih yang amat sangat melihat teman2 yang saya cintai melenggang ke negara tetangga untuk bertanding, saya hanya mampu berucap, selamat, kalian memang orang2 yang tepat untuk bertanding, bukan saya yang hanya mampu mendoakan kalian disini.
Masa depan yang ingin saya raih hanyalah sederhana, mampu hidup mandiri setelah saya sah menjadi sarjana, memiliki pekerjaan dan usaha dalam hidup saya, menikah dalam umur yang tidak terlampau tua agar kelak saya tetap mampu bermain dengan anak2 saya, memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga kecil saya, dan yang terpenting, mampu menjaga dan merawat kedua orang tua saya yang seharusnya menikmati masa tua mereka...
"Tunggu dulu, ini event, berlangsung di bulan Juni, berarti satu tahun dari sekarang, dan itu berarti setengah tahun setelah saya (rencananya) wisuda. Terus, apa yang saya lakukan selama penantian itu? Apa saya harus menjadi pengangguran? Atau harus tetap meminta minta kepada orang tua untuk tetap menghidupi saya, memblikan makan saya, membelikan pulsa saya, membelikan sabun saya???" Akhirnya hanya pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang muncul...
Lama setelah saya berfikir, akhirnya palu pun dengan berat hati harus saya ketok. Keputusan harus final sekarang juga, daripada saling menunggu jawaban.
Dengan berat hati, saya harus melupakan impian saya untuk berangkat bertanding ke Malaysia. Meskipun berat dan menyayat hati, ini semua harus saya lakukan demi masa depan, masa depan yang harus saya ukir seindah mungkin demi keberlangsungan hidup saya dan istri serta anak saya kelak... Saya harus survive disini, walaupun merasakan pedih yang amat sangat melihat teman2 yang saya cintai melenggang ke negara tetangga untuk bertanding, saya hanya mampu berucap, selamat, kalian memang orang2 yang tepat untuk bertanding, bukan saya yang hanya mampu mendoakan kalian disini.

Maafkan saya teman-teman bukan berarti saya menolak, namun saya juga harus membuat keputusan walaupun sangat berat bagi saya. Kalau kalian kenal baik dengan saya, pasti kalian akan memahami perasaan yang terjadi saat ini dalam jiwa saya. Bayangkan, kegagalan saya bermain untuk event welcome party saja, saya nyesek minta ampun, apalgi sekarang, impian yang sudah saya dambakan sejak 4 tahun yang lalu...
Tapi yah... Sudahlah... Hanya kata itu yang mampu mewakilkan perasaan saya sekarang, Sudahlah...
Tapi yah... Sudahlah... Hanya kata itu yang mampu mewakilkan perasaan saya sekarang, Sudahlah...
0 komentar:
Posting Komentar